Mamuju (22/07) Sambutan Prof. Dr. Jamaluddin, S.Sos., M.Si, pada Workshop MBKM, di Unimaju, Kamis (22/07), dikatakan bahwa seorang dosen harus berkinerja tinggi, mulai tulislah apa yang dikerjakan, dan kerjakan apa yang ditulis. Beliau juga menambahkan, untuk menjalankan program MBKM diperlukan buku panduan agar memudahkan kampus untuk menjalankan MBKM tersebut.
Dalam sambutannya, Prof. Jamaluddin menegaskan bahwa MBKM adalah inovasi model pembelajaran bukan kurikulum, sehingga setiap kampus dapat menggunakannya dengan menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan kampus tersebut. Adanya MBKM, memberikan kebebasan kepada mahasiswa dalam proses pembelajaran, seperti contohnya memanfaatkan media sosial sebagai media pembelajaran, karena tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa banyak yang menggunakan media sosial sehingga dosen harus mampu berinovasi dengan memanfaatkan platform tersebut dalam pembelajarannya, yang terpenting adalah SKS tetap terpenuhi, seperti 20 SKS di dalam kampus dan 40 SKS jika diluar kampus.
Lebih lanjut dikatakan aturan saat ini yang bisa jadi pembimbing I yaitu dosen yang mempunyai jabfung lektor serta linear dengan prodi, asisten ahli hanya boleh menjadi pembimbing II dan tetap harus linear, jika ditemukan Waskat tidak sesuai skripsi mahasiswa yang sudah selesai dapat dibatalkan dan dicabut gelar sarjananya.
Prof. Jamaluddin, menggambarkan kedepan ribuan jenis pekerjaan akan hilang, tetapi juga akan muncul jenis pekerjaan baru, seperti content designer, analisis data, dan pekerjaan lain yang bersifat digitalisasi. UMS Rappang misalnya yg mengusung tagline “The digital entrepreneurship university”. Mahasiswa belajar sendiri, misalnya dengan menggunakan aplikasi tiktok, dosen dapat memberikan RPS dengan sub materi kemudian setiap sub materi tersebut dijadikan tugas berbentuk konten tiktok, sehingga mahasiswa dapat menjadi influencer (pemberi pengaruh), baik kepada dirinya sendiri maupun untuk orang lain.