Universitas Muhammadiyah Mamuju

Unggul Berbasis Ecodesign (The Social Entrepreneurship University)

PROFIL ALUMNI RAMADHAN

Furqan Mawardi
Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Mamuju
Pengasuh Pondok MBS At-tanwir Muhammadiyah Mamuju

Ramadhan adalah madrasah/sekolah yang mampu menempa dan mendidik para peserta didiknya  untuk menjadi manusia-manusia tangguh, baik secara jasmani maupun secara rohani.  Harapannya adalah setelah lulus kelak ia dapat menjadi alumni yang sholeh sekaligus menjadi pribadi yang muslih. Sehingga ia dapat memberi manfaat yang besar untuk dirinya sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat, negara dan bangsanya.

Untuk bisa mengaktualisasikan para peran alumni Ramadhan dalam kehidupan sehari hari, penting untuk dipahami terkait karakter dan profil seperti apa alumni madrasah ramadhan yang wajib dimiliki oleh setiap orang beriman yang telah selesai melaksanakan puasa. Tujuan utama bagi setiap orang beriman yang menunaikan ibadah puasa adalah bagaimana menggapai derajat takwa. Untuk dapat menggapai gelar ini setiap insan mesti bersungguh-sungguh beribadah secara  totalitas  supaya gelar ini dapat diperoleh.

Gelar muttaqin merupakan sebuah gelar yang istimewa yang Allah berikan kepada orang yang telah sukses dalam puasanya. Untuk dapat mengukur apakah setiap diri kita termasuk lulusan madrasah Ramadhan yang dapat gelar Muttaqin atau tidak, maka ciri dan tanda orang-orang bertakwa mesti dapat dipahami dengan baik.

Dalam Al Qur’an cukup banyak ayat yang menggambarkan tanda dan profil seseorang yang masuk kategori muttaqin, diantaranya adalah Pertama, Mendirikan sholat. Perintah sholat merupakan kewajiban bagi setiap manusia yang telah mengikrarkan diri sebagai seorang muslim. Ibadah ini merupakan ibadah yang spesial, karena selain perintah melaksanakannya cukup banyak di dalam Al Qur’an dan berbagai hadis nabi,  juga sholat merupakan oleh-oleh spesial yang dibawah langsung oleh Nabi Muhammad saw ketika peristiwa isra dan mikraj.

Shalat juga sebagai salahsatu bagian penting ibadah dalam ajaran Islam yang mempunyai banyak  nilai keistimewaan. Selain ia memiliki pesan hikmah dalam setiap gerakan dan rukunnya, secara umum juga shalat memiliki pengaruh drastis terhadap perkembangan kepribadian seorang muslim.

Efek dari sholat yang benar sesuai perintah salahsatunya adalah  dapat mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan  yang keji dan mungkar. Sebagai ayat di surah al Ankabut ayat 45 :

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Sehingga bagi setiap insan yang telah melaksanakan sholat  dengan baik, maka ia telah memiliki pelindung diri untuk ia dapat terhindar dari berbagai perangai-perangai buruk yang dapat menghinakan dirinya.

Untuk itu setiap alumni Ramadhan dituntut untuk senangtiasa tetap menjaga nilai dan pelajaran dalam sholatnya selepas ia keluar dari bula suci ramadhan. Efek positif  sholat yang dapat menghindarkan pelakunya dari perbuatan mungkar  dan sekaligus dapat menghasilkan manusia- manusia yang berkeribadian luhur dan beradab yang sangat dibutuhkan di era saat ini. Prilaku kuruptif, culas, khianat, sombong dan takabbur merupakan sikap dan perangai buruk yang menjadi penyakit manusia yang dampaknya dapat merugikan diri dan sekitar. Bagi seorang yang telah merutinkan sholatnya  dan merenungi segala nilai pelajaran dalam setiap bacaan sholatnya,  ia akan dapat memiliki perisai yang dapat misahkan segala perbuatan  haq dan bathil dalam kehidupannya. 

Kedua, Gemar Bersedekah dan ber infaq. Profil kedua alumni madrasah Ramadahan adalah ia senang ketika berbagi kepada sesama, terutama kepada orang orang yang tidak mampu. Para Alumni madrasah Ramadhan adalah mereka-mereka yang memiliki sifat sosial yang tinggi. Mereka menyadari bahwa semangat ibadah sosial dibulan ramadhan harus terus berlanjut, sehingga spirit bulan ramadhan terus terpatri dan terinspirasi sehingga dapat menjadi motivasi meskipun sudah bukan lagi di bulan yang suci.

Bagi alumni ramadhan, kegiatan bersedekah sudah menjadi kebutuhan, sehingga dalam kondisi bagaimana pun ia tetap berusaha untuk bisa berbagi kepada sesama. Karena salahsatu rumus bersedekah ialah tidak harus menunggu kaya ataupun melimphanya rezeki. Bersedekah secara hakiki merupakan panggilan nurani yang lahir dari lubuk hati sehingga ikhlash untuk saling berbagi tanpa harus mengukur berapa jumlahnya rezeki.

Terkadang kita jumpai begitu banyak orang yang secara lahiriyah memiliki uang yang banyak, kehidupan yang mewah dan harta yang melimpah, namun ia masih  kesulitan dan merasa berat  untuk berbagai kepada sesama. Namun tidak sedikit juga kita temui orang-orang yang penghidupannya cukup sederhana, harta yang dimilikinya juga tidak terlalau banyak, tapi dia mampu dan ringan tangan  untuk bersedekah dan saling berbagi. Sehingga bisa ditarik pelajaran  bahwa bukan jaminan dengan banyaknya harta akan menjadikan orang untuk mudah bersedekah, akan tetapai ukurannya adalah tergantung sejernihan  hati dan rasa simpatinya kepada sesama.

Bahkan nabi Muhammad Saw memberikan nasehat bahwa justru sedekah yang terbaik sebenarnya adalah bukan ketika kita sedang lapang dan memeliki harta yang banyak, namun sedekah yang terbaik adalah justru ketika kita sedang dalam kesulitan dan serba kekurangan.

Sebagaimana hadis Dari Abu Hurairah dan ‘Abdullah bin Hubsyi Al Khots’ami, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya sedekah mana yang paling afdhol. Jawab beliau:

جَهْدُ الْمُقِلِّ

“Sedekah dari orang yang serba kekurangan.” (HR. An Nasai)

Ketiga, Menahan amarah.. Profil berikutnya sebagai sebagai alumni madrasah Ramadhan adalah kemampuan dia  untuk menahan amarah dan mengelola emosi. Marah adalah salahsatu sifat buruk yang dapat merugikan diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Dalam lingkungan keluarga, apabila seorang bapak sebagai  pemimpin rumah tangga hobinya adalah marah, maka dia pasti tidak akan disenangi oleh anggota keluarga, istri dan anak-anaknya. Demikian pula istri yang pemarah, akan menjadi penyebab suaminya tidak dapat tenang tinggal berlama-lama dirumah. Suami yang memiliki istri pemarah, ia lebih cenderung  merasa  lebih tenang apabila berada di luar rumah.

Ketika ada suami maupun istri sudah merasa tidak betah tinggal dirumah akibat sering marahan dengan pasangannya, itu berarti akan menjadi pertanda awal petaka bagi setiap keluarga.  Hal inilah yang terkadang menjadi jalan masuknya pihak ketiga yang sering merusak rumah tangga. Munculnya WIL (Wanita Idaman Lain) maupun PIL (Pria Idaman lain) terkadang akibat sang suami maupun istri  sudah tidak lagi meraya nyaman dangan pasangannya yang berperangai pemarah. Ketika di rumah dia lebih sering menerima bentakan dan hentakan, setiap kali ada masalah mesti ujungnya berakhir dengan saling cek cok dan saling bertangkar, sementara di saat yang sama dia menemukan sosok pasangan yang lebih dapat memberikan ia perhatian dan kesejukan. Ibarat kata pepatah rumput tetangga lebih hijau, akibatnya perselingkuhan pun  tidak dapat terelakkan. Dan Perselingkuhan dalam rumah tangga merupakan salahsatu penyebab utama terjadinya perceraian.

Begitu banyak mahligai rumah tangga harus runtuh hingga bercerai akibat sikap amarah dan emosi yang tidak dapat terkendalikan. Sebagai sebuah keluarga, menjadi hal lumrah apabila terjadi masalah di dalamnya tinggal bagaimana komunikasi yang efektif supaya dapat terselesaikan dengan baik. Namun, terkadang masalah yang dihadapi sebenarnya hanya sepele dan dapat diselesaikan dengan dialog dan dengan kepala dingin. Akan tetapi semua saling mendahulukan ego dan emosi masing-masing, akibatnya yang terjadi hanya pertengkaran yang hanya menyebabkan masalah menjadi lebih besar dan lebih runyam.

Terkait larangan untuk tidak marah, Ada kisah menarik ketika Rasulullah sallallahu alaihi wassalam  didatangi oleh salah seorang lelaki meminta untuk diberikan sebuah nasehat yang bermanfaat dalam kehidupan, Nabi menjawab untuk jangan selalu marah, dan ketika si lelaki mengulagi lagi permintaannya, nabi pun menjawab dengan jawaban yang sama, seperti bunyi hadisnya :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ

 Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari)

Demikian pula di dalam lingkungan pendidikan, bagi seorang pendidik  yang pemarah pasti juga tidak akan disenangi oleh murid-muridnya. Suasana kelas akan menjadi tegang yang dapat menjadikan para murid sulit untuk konsentrasi menerima pelajaran. Pendidik yang pemarah sebenarnya sangat merugikan, karena akan merusak mental dan masa depan para peserta didik.

Selain itu pendidik yang sering marah akan menghambat peserta didik untuk dapat berprestasi, karena anak yang lahir dari didikan emosi cenderung tidak dapat mengembangkan potensi kecerdasan intelektual dan kreatifitasnya. Akhirnya yang muncul hanya para peserta didik yang bebal, keras, sulit diatur dan bahkan cenderung brutal.

Begitupun dalam dunia kerja, pemimpin yang sering marahan kepada bawahan juga tidak dapat menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Sementara dalam bekerja salahsatu unsur terpenting untuk dapat menghasilkan produktifitas kerja maksimal adalah dengan adanya lingkungan kerja yang sehat, menyejukkan dan menyenangkan.

Pemimpin, ketua, bos, juragan atau apapun jenis namanya tetap tidak boleh semena-mena terhadap orang-orang yang ada dibawahnya. Umpatan, cacian dan marahan merupakan sikap yang mesti dibuang jauh-jauh dalam dunia kerja. Karena semua yang ada  didalamnya saling membutuhkan dan saling menopang satu dan lainnya. Pemimpin membutuhkan bawahan, yang bawahan pun juga membutuhkan pemimpin, agar pekerjaan dapat terbagi secara proporsional hingga dapat terselesaikan dengan baik.

Ibarat sebuah tubuh, ada kepala, mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya. Semua bekerja dengan fungsi dan tugasnya masing-maisng untuk mencapai tujuan. Tidak ada yang boleh saling menyalahkan dan tidak ada yang boleh merasa paling unggul sendiri. Kegagalan menjadi tanggungjawab bersama dan keberhasilan menjadi kesuksesan bersama.

Demikian pula dalam kehidupan masyarakat, betapa banyak kerugian  materi  bahkan jiwa melayang hanya karena ketidakmamupan menjaga dan menahan amarah.  Terkadang awalnya hanya senggolan  dua anak muda  justru membesar menjadi perkelahian kelompok kemudian meningkat menjadi perkelahian antar kampung. Pada akhirnya yang terjadi adalah kerugian untuk semua.

Pada bulan ramadhan, Para Shoimin (orang yang berpuasa) dilatih untuk selalu bershabar dan manahan diri dari berbagai hal-hal yang dapat merusak nilai dan kualitas puasanya. Sehingga dengan latihan selama sebulan penuh, ilmu shabar, kemampuan untuk manahan amarah, mudah memaafkan dapat terinternalisasi dan berimplikasi dalam kehidupan sehari-sehari. Kehidupan akan terasa lebih bermakna, penuh cinta dan harmoni dengan saling mengasihi, tidak saling membenci, mudah memaafkan antar sesama dengan tidak saling mendahuluhkan ego dan emosi.

Tiga profil alumni Ramadhan mesti kita miliki bersama selaku orang yang telah selesai berpuasa selama sebulan penuh. Menjadi tanggung jawab kepada kita semua untuk dapat meng implementasikan profil ini dalam kehidupan sehari-hari. Dan kita memohon kepada Allah subhana wata’ala semoga kita semua diberikan kekuatan, kesehatan  dan keistiqomahan dalam menjalankannya.

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *